Delapan Jasad


Sherry menyesali keputusannya menolak permintaan Kyle untuk mengantarkannya ke gedung pertunjukan tempat resital piano pertamanya diadakan. Sherry mengetatkan mantelnya saat angin dingin menerpa tubuhnya. Jalanan dari apartemen menuju gedung itu memang tidak jauh, tapi ia baru sadar ternyata jika malam hari gang sempit yang selalu ia lalui di siang hari berubah menjadi tempat gelap dan menyeramkan. Apalagi di sebuah kota tua seperti ini, volume kendaraan yang lewat pun sangat rendah.

Sherry mempercepat jalannya. Hak stiletto merahnya berbunyi nyaring di sepanjang jalan sepi. Beberapa kali ia menoleh ke belakang, merasa seseorang sedang mengawasi dan mengikutinya.

Sherry mengambil ponsel dari mantelnya dan langsung memencet nomor Kyle. Beberapa kali nada sambung terus terdengar sampai akhirnya sambungan itu terhenti secara otomatis. Continue reading