Kemampuan yang tidak seperti orang normal ini mulai menggangguku. Aku kini harus lebih berhati-hati jika berbicara dengan seseorang, apakah dia nyata atau tidak nyata. Aku kini sama sekali tidak bisa memejamkan mata apabila penerangan dalam kamarku gelap, dan yang paling parah adalah karena aku selalu bermimpi buruk tiap malam mengenai hal yang kulihat di dunia nyata.
Hal ini tidak terjadi sedari aku kecil dan masa kecilku normal-normal saja. Kemampuan itu bermula ketika peristiwa antara hidup dan mati menimpaku saat aku berumur lima belas tahun. Saat itu bus sekolah yang biasa kunaiki meluncur masuk ke dalam jurang dengan ketinggian sepuluh meter. Beruntung aku dapat selamat karena tertahan oleh sabuk pengaman yang menjeratku agar tetap di tempat. Pada saat itu badanku terbentur oleh suatu benda –yang kebetulan sama sekali tidak aku ingat- dan menyebabkan pendarahan pada organ dalam tubuhku. Dokter yang membedahku terpaksa menghentikan jantungku sesaat, agar mereka bisa mengoperasi dan menyembuhkanku. Satu menit enam belas detik. Itu adalah lama waktu disaat aku mati.