Sekantong Baju Basah


Cleo menghempaskan tubuhnya pada bangku kayu di pinggir danau. Penatnya bertumpuk selama seminggu ini. Tugas kuliah, event organisasi, proyek pribadinya, serta pertengkarannya dengan kakak kandungnya. Ponsel pintarnya begetar pelan, tanda sebuah pesan masuk.

 

Dari: Kak Tiara <0899211XXXXX>

Cleo, kamu dimana? Sudah malam, ayo pulang. Maafkan kakak ya, soal permintaan kamu untuk pergi ke Jakarta akan kakak pertimbangkan.

 

Cleo melirik sekilas, lalu mengunci kembali ponselnya dan tidak membalas pesan itu. Cleo merasa seminar yang akan dihadirinya di Jakarta itu penting baginya. Namun kakaknya terlalu khawatir karena Cleo harus pergi jauh. Terlebih lagi Malang – Jakarta bukanlah jarak yang singkat. Cleo sejak tadi pagi berdebat panjang dengan kakaknya, dan akhirnya ia memilih untuk pergi dan menenangkan diri di sebuah danau yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya.

Sebuah danau yang tenang dan hanya sedikit saja orang tahu tentang tempat itu. Tempat yang biasa Cleo kunjungi ketika sedang penat dan ingin mengistirahatkan pikirannya.

Sebuah langkah kaki pelan terdengar samar ketika Cleo menutup kedua matanya dan bersandar pada bangku kayu itu. Cleo pikir itu pastilah orang-orang yang sering datang ke danau itu dan bangku yang ia tempati pun agak tersembunyi dari jalan setapak. Ia terus bersandar tenang pada bangku itu, mengeyahkan pikiran negatifnya. Pikirannya melayang-layang kembali. Pada seminar itu. Pada kakaknya. Serta pada semua target mimpinya.

Cleo tak sengaja tertidur. Ia terbangun dalam keadaan kaget saat ponselnya kembali bergetar di saku celananya. Ia langsung mengambil ponsel itu, meliriknya sekilas, lalu kemudian menaruhnya dalam saku celana lagi.

Iya, kak. Aku pulang sebentar lagi. Keluhnya dalam hati. Cleo berdiri dari bangku kayu itu lalu menenteng ranselnya dan berjalan menuju jalan setapak.

Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya.

Di pinggir danau terlihat sebuah bungkusan plastik besar yang sebelumnya tidak berada di sana saat ia datang ke danau ini. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Cleo mendekati bungkusan itu.

Dibukanya simpul mati pada plastik hitam itu. Di dalamnya penuh dengan baju basah seorang wanita. Mulai dari rok, blus, sampai pakaian dalam.

“Ini kok bisa ada di sini?” tanya Cleo pada dirinya sendiri dengan heran.

Cleo langsung menutup kembali plastik hitam itu. Firasatnya tidak enak mengenai hal itu, dan dengan cepat ia langsung berdiri dan mulai melangkah keluar.

Sebuah sosok tiba-tiba muncul dan memotong jalan Cleo. Sosok itu berwujud seorang laki-laki tinggi, kurus, dengan tubuh tertutup pakaian seba hitam.

“Mau apa kamu?” tanya Cleo spontan.

Laki-laki itu diam sambil terus mengamati Cleo.

“Tolong minggir. Saya mau pulang.” ucap Cleo.

“Tidak bisa.” jawab laki-laki itu.

Cleo mundur selangkah. Dan pada saat itu terlihat sebuah tangan muncul dari plastik hitam yang sedang dibawa oleh laki-laki itu. Cleo berteriak dan mulai berlari menjauhi laki-laki itu ke arah berlawanan.

Laki-laki itu mengejar Cleo saat ia mulai berlari.

“Pergi! Jangan mengejarku.” teriak Cleo pada laki-laki itu.

Kaki Cleo terantuk sebuah batu kecil dan ia langsung terjerembap jatuh mencium tanah. Laki-laki itu langsung berhenti dan berdiri di atas Cleo. Tangannya meraih rambut panjang Cleo lalu kemudian menarik tubuhnya hingga mendekati tepian sungai.

“Sakit… tolong, biarkan aku pergi.” pinta Cleo pada laki-laki itu.

“Seharusnya kamu tidak berada di sini. Seharusnya kamu tidak perlu memergokiku. Seharusnya kamu mati saja!” balas laki-laki itu dengan panik dan penuh amarah.

Cleo meronta-ronta dan berusaha lepas dari cengkramannya. Tapi ia lebih kuat. Cleo tidak bisa melepaskan diri.

Kakak, aku mungkin tidak bisa pulang. Batin Cleo berteriak.

Tangisnya mulai pecah saat laki-laki itu mengeluarkan sebuah palu dari tas hitam tak jauh dari kantong yang berisi baju basah yang Cleo temukan.

3 thoughts on “Sekantong Baju Basah

Leave a reply to minky_monster Cancel reply