#4 Kerudung Merah


“Bay, ingetin kenapa sekarang gue bisa ada di sini?” Tanya Radya pada Bayu dengan nada kesal.

“Soalnya lu taruhan bola sama gue kemaren.” Jawab Bayu sambil tertawa bangga penuh kemenangan.

“Ah… sialan lo! Gue kan gak taruhan bayarin tiket pulang pergi lo ke Danau Toba!” Ucap Radya semakin kesal.

Bayu menepuk-nepuk punggung sahabatnya seolah memberi semangat, “amal, Dya. Sekali-kali doang. Kan lo baru aja gol proyek gede kemaren.”

Radya dibuat diam tidak berkutik. Ia memang merencanakan berlibur bersama sahabatnya itu. Dan jika bukan karena taruhan bola ini, ia tidak mungkin akan sempat kemana-mana.

“Udah… nikmati aja yuk pemandangannya. Damai banget nih di sini. Tempatnya oke banget.” Lanjut Bayu.

Radya melunak. Ia pun memang setuju dengan pendapat Bayu, bahwa pemandangan di Danau Toba memang sangat indah. Tak pernah terbayangkan olehnya bahwa Gunung Toba pernah meletus pada waktu 73.000 – 75.000 tahun yang lalu, sehingga terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba.

Radya memisahkan diri dari rombongan, ia berjalan ke arah berlawanan tanpa didampingi oleh siapapun. Pada saat ia akan berbalik kembali dan bergabung dengan Bayu, ia melihat sesosok perempuan berkerudung merah berdiri membelakanginya di bawah sebuah pohon rindang. Pundaknya bergerak naik turun dengan irama yang kacau, seolah-olah ia sedang menangis.

Radya terdiam di tempatnya berdiri. Dan pada saat ia akan menghampiri perempuan itu, ia dipanggil oleh Bayu.

“Dya, kita mau pada makan nih. Lo mau ikut gak?” Tanya Bayu setengah berteriak kepadanya.

Radya menoleh dan menjawab Bayu, “iya, gue ikut. Tunggu ya.”

Radya kembali berbalik untuk mendekati sosok perempuan berkerudung merah itu. Tetapi aneh… sosok itu telah menghilang entah kemana. Padahal ia hanya berbalik sebentar saja saat menjawab Bayu.

Dengan tidak peduli Radya menghampiri Bayu. Kemudian mereka mengisi perut pada sebuah kedai makanan di pinggir Danau Toba.

“Eh, katanya sih gitu. Kalo liat itu, bakal ada kecelakaan loh.” Ucap seseorang di meja sebelah Radya. Ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan. Lalu dengan santai ia kembali melanjutkan makannya.

Lima belas menit berlalu sejak Radya melihat perempuan berkerudung merah itu. Ia telah lupa dan kembali masuk bus rombongan travelnya untuk kembali ke penginapan.

Ia duduk sebangku dengan Bayu di baris ke empat dari belakang. Ia sengaja terus terjaga dengan memutar lagu di pemutar musiknya. Sedangkan Bayu, kini tidur terlelap di sebelahnya.

Radya menolehkan kepalanya ke belakang tanpa direncanakan. Namun apa yang ditemuinya benar-benar membuat jantungnya melompat tidak karuan.

Betapa kagetnya dia saat melihat perempuan berkerudung merah yang tadi dilihatnya di danau toba sekarang ada di kursi bus yang ditumpanginya. Padahal perempuan itu sama sekali bukan teman satu rombongannya.

Perempuan itu kini menoleh, diwajahnya terdapat luka parut besar dan menganga lebar dengan darah masih mengucur deras. Tangannya diangkat ke arah Radya seolah-olah ingin menggapainya.

Kini Radya tahu, bahwa kerudung itu merah karena ternoda oleh darahnya.

Disaat yang sama sebuah container melaju ugal-ugalan berlawanan arah dengan bus Radya. Beberapa mobil dan motor ditabraknya tanpa ampun. Dan dalam sepersekian detik saja, akhirnya container itu menabrak kaca depan bus Radya yang disusul dengan bunyi berdecit rem yang terlambat diinjak.

Pandangannya mengabur saat kepalanya terbentur dengan keras.

“Aku… dapat… teman…”

Hanya tiga kata itu saja yang Radya dengar sebelum kesadarannya benar-benar hilang.

Protected by Copyscape Plagiarism Detection

FF diatas betul-betul fiksi. Sama sekali bukan cerita seram yang terjadi di Danau Toba. Entah kenapa malah buat cerita seperti ini, padahal saat cerita ini dibuat, gw lagi naik bus. *jeng jeng*

4 thoughts on “#4 Kerudung Merah

Leave a comment