#2 Pagi Kuning Keemasan


Aku menggenggam sejumput pasir putih di tepi pantai. Dengan cepat pasir itu lolos dari sela-sela jariku. Tak jauh dari tempatku berada, sebuah mercusuar menjulang tinggi menantang langit Pulau Lengkuas yang berwarna biru cerah. Dan hamparan batu granit yang digunakan oleh beberapa turis domestik maupun mancanegara untuk sekedar beristirahat menikmati pemandangan indah yang sama sekali tidak bisa didapat di ibukota.

“Della, ayo kemari. Air lautnya bening, sampai-sampai bintang lautnya terlihat jelas.” Panggil Geri.

Aku berdiri dan melangkah mendekatinya. Terpaan lembut angin dan kicauan riuh burung-burung membuatku lupa bahwa aku kini berada di dunia nyata bukannya di alam mimpi.

“Mana bintang lautnya?”

Geri menunjuk pada sebuah bintang laut yang bersembunyi di dekat batu granit besar di tepi pantai, “itu di sana. Bagus ya?”

Aku tersenyum padanya dan mengangguk setuju.

“Airnya jernih banget. Ga nyesel deh kita liburan ke sini.” Lanjut Geri.

“Iya. Kamu tuh ya… kerja terus. Sekali-kali kan bagus juga liburan gini.”

“Iya… iya. Kan sekarang aku udah ada di sini bareng kamu.”

“Yuk ah, jalan-jalan ke tempat lain.”

Geri lalu menarik tanganku dan menggandengnya. Ia membawaku berjalan-jalan di tepi pantai menuju sebuah ayunan diantara dua pohon kelapa yang sangat nyaman.

“Del… hmm…”

“Kenapa?” Tanyaku penasaran.

“Kita kan udah lama banget nih pacaran. Udah lima tahun juga…”

Aku menunggu ia melanjutkan kalimatnya.

Geri lalu mengeluarkan sebuah kotak hitam kecil dan membukanya, “Della, will you marry me?”

Ekspresi terkejut pasti sangat jelas tergambar diwajahku. Geri lalu mengeluarkan cincin itu dan memakaikannya padaku.

“Ayo jawab dong…”

Dengan cepat aku mengangguk setuju, dan saat itu pula ia memeluk sambil mengangkat tubuhku dengan berputar-putar.

“Iyaaaa… CUT! Bagus sekali.” Ujar sutradara pada kami berdua yang kemudian diikuti dengan tepukan tangan semua kru film yang berada di sana.

“Bagus sekali, Inge.” Ucap salah seorang kru padaku. Tapi aku hanya tersenyum pahit.

Pulau Lengkuas bagiku tidak tampak seindah itu. Di pulau ini aku kehilangan seseorang yang sangat kucintai setahun yang lalu. Ia memutuskanku di pulau ini, di depan mercusuar itu pada saat pagi menjelang berwarna kuning keemasan.

“Sialan kamu, Dimas.” Bisikku pelan, dan masih dengan hati perih yang sama seperti setahun yang lalu.

Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Search Tool

Sumber gambar : mediaindonesia.com

11 thoughts on “#2 Pagi Kuning Keemasan

  1. Yuhuu… makasih ya semuanya udah baca. Ceritanya mau coba ending yang twist, tapi entah berhasil apa engga 😀

    @alvina: kan di script-nya sampe situ, makanya di cut sama sutradaranya 😛

Leave a reply to myalizarin Cancel reply