Semangkuk Bakso Tahu


Aku merasa kaku di hadapan Retno. Semangkuk bakso tahu kuah yang sedang mengepul hebat, menjadi pemisah kami.

“Ayo, Pras. Dimakan bakso tahunya. Aku yang traktir deh.” Jelas Retno.

Tak lama kemudian pesanan Retno datang. Mangkuk ayam yang sama seperti yang disajikan di depanku kini, berisi satu porsi bakso tahu kuah.

Bukannya aku tidak mau melahap habis makanan favoritku itu. Tapi entah mengapa, kehadiran Retno di sini malah membuatku salah tingkah.

“Eh iya, makasih ya udah mau jadi OP aku.” Lanjut Retno.

Aku kenal dengan Retno yang seorang mahasiswa psikologi ini pada sebuah organisasi mahasiswa. Di saat ia memintaku menjadi objek penelitiannya, aku langsung saja mengiyakan tanpa pikir panjang. Padahal saat itu, kandidat OP-nya banyak. Mungkin aku saja yang lemah di hadapan perempuan. Atau… mungkin saja ia melihat sorot mata sukaku padanya.

“Iya, sama-sama. Gak masalah kok.” Balasku sambil mempertontonkan sederet gigi putihku padanya.

Ia tertawa tertahan, “kamu tuh lucu banget sih, Pras. Sama kaya api.” Ia lalu melanjutkan sesi tertawanya.

“Lucu? Api? Apa hubungannya coba.” Aku mendengus sebal.

Pada saat aku mengatakan hal itu wajahnya seperti tersadar. Pupilnya melebar sesaat, kemudian ia tertunduk malu. Tanpa disangka-sangka rona merah muncul pada kedua belah pipinya yang putih itu. Aku terpesona kembali padanya, seperti yang sudah-sudah. Dan hal itu semakin mendorongku untuk mengodanya.

“Hayo kenapa… jelasin apa hubungannya dengan api?” tanyaku lagi. Tapi kali ini tidak ada perasaan sebal sedikitpun.

Retno menutup rapat bibir tipisnya yang merah. Tapi matanya berkata lain. Dorongan untuk mengungkapkan alasan itu sepertinya kuat.

“Tapi jangan ketawa ya… janji loh.” Desaknya.

“Iya… ayo cepat bilang.”

Aku semakin tertarik. Kuarahkan sesendok bakso tahu menuju mulutku sambil menunggu jawaban darinya.

“Kamu… kamu tuh sama kaya api. Karena panas dan bisa melelehkan lilin hatiku.” Ucapnya malu-malu.

Aku tersedak. Si mamang penjual bakso tahu pun tertawa lepas saat mencuri dengar pembicaraan kami.

“Eaaa… si eneng lagi ngerayu nih.” Lalu dilanjutkan dengan tawa berderai semua orang yang juga mendengarkan. Meninggalkan aku dan Retno dengan muka merah padam.

Protected by Copyscape Duplicate Content Software

Huahahaha… maaf ya kalo ff dan gombalannya agak maksa :p

6 thoughts on “Semangkuk Bakso Tahu

Leave a reply to Bellanissa Brilia Zoditama Cancel reply